1.
Epidemiologi
Tuberkulosis
(TB) merupakan salah satu penyakit infeksi yang menular dan sampai saat ini
masih menjadi masalah di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. WHO memperkirakan bahwa 1/3 dari penduduk dunia tanpa
diketahui terinfeksi Mycobacterium
Tuberculosis. Kebanyakan kasus TB (95%) terjadi di negara berkembang.
Rata-rata angka kejadian kasus TB yang lebih dari 300 kasus per 100.000
penduduk adalah di Afrika, Indonesia, Filipina dan Bolivia. India 2 juta kasus
per tahun, dan china 1,3 kasus per tahun. Di
Amerika Serikat,bkasus TB secara terus menerus menurun dengan 3,8 kasus baru
per 100.000 penduduk yg dilaporkan pada tahun 2009.Indonesia sekarang berada pada
ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi
TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi
berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan
61,000 kematian per tahunnya.
2.
Definisi
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan
oleh bakteriMycobacterium tuberculosis, bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui
udara pernafasan ke dalam paru.Kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari
paru ke bagian tubuh lain, melalui sistem peredaran darah, system saluran
limfe, melalui saluran nafas (broncus), atau menyebar ke bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 1997:10).
Mycobacterium tuberculosis merupakan
bakteri aerob, yang lebih suka mereplikasikan dirinya di dalam jaringan
paru-paru (khususnya di bagian apex, dimana konsentrasi oksigen lebih tinggi)
daripada organ-organ di dalam.
TB
adalah ditularkan secara efektif di tempat-tempat umum seperti rumah sakit,
tempat penampungan tunawisma, kapal laut, pesawat dan bus sekolah
3.
Etiologi
TBC
adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron. Bakteri bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali
ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang
jasanya bakteri tersebut diberi nama basil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada
paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Mycobacterium tuberkulosis ini terdiri dari asam lemak (lipid) yang
melakukan replikasi dengan lambat, yaitu setiap 15-20 jam. Untuk dapat
mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dari
sputum diperlukan lebih dari 10.000 kuman dalam tiap millimeter sputum dalam
pembesaran 1000 kali. Daya tahan tubuh yang lemah atau turun, jumlah kuman
memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TB (Depkes RI, 2006).
Penyebab TB yang tidak infeksius, misalnya merokok, alkohol, stres, kelelahan,
makanan gorengan, tidur di lantai, dan tidur larut malam.
Mycobacterium tuberculosis mempunyai panjang 1-4 mikron dan lebar0,2-0,8
mikron. Kuman ini melayang diudara dan disebut droplet nuclei (Girsang,1999).Menurut
Atmosukarto (2000), kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang
sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahunlamanya. Tetapi
kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol,karbol
dan panas api (Atmosukarto & Soewasti, 2000)
4.
Tanda
dan Gejala
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberculosis
adalah asimptomatis. Tanda dan gejala klinis dari penyakit tuberculosis menurut
(WHO,2003) adalah : A. Perasaan tidak enak enak (malaise). B. Batuk selama
lebih dari 3 minggu (bisa disertai darah). C. Sesak napas dan rasa nyeri di
dada. D. Nafsu makan dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. E. Berkeringat
di malam hari padahal tidak melakukan aktivitas apapun. F.Demam meriang (demam
ringan) lebih dari sebulan. G.Mudah lelah.
5. Faktor Resiko Tuberkulosis
1. Faktor
Umur.
Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di
Amerika yaitu umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS.
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan
orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi
tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden
tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia
diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun.
Menurut
Wahyu (2008), bayi dan anak-anak lebih rentan terinfeksi Mycobacterium
tuberculosis karena sistem imunitas yang belum sempurna, kontak erat dengan
orang dewasa penderita tuberkulosis di sekitarnya, kurangnya kesadaran orangtua
untuk segera melakukan vaksinasi BCG pada bayi baru lahir serta buruknya
kualitas gizi pada sebagian bayi dan anak di Indonesia. Risiko untuk menjadi
sakit paling tinggi pada usia di bawah tiga tahun dan paling rendah pada usia
akhir kanak-kanak. Risiko akan meningkat lagi pada usia dewasa dan dewasa muda,
usia tua dan pada penderita dengan kelainan imunitas (Kandun, 2006).
2. Faktor
Jenis Kelamin.
Di
benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996
jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah
penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada
wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat
sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru
Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki
sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB
paru.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan
mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang
memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan
pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku
hidup bersin dan sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan
mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.
4. Kebiasaan Merokok
. Kebiasaan
merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun
1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per tahun adalah 230 batang, relatif
lebih rendah dengan 430 batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480
batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan (Achmadi,
2005). Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50%
terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan
adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya
infeksi TB Paru.
5.. Kondisi rumah
Dari penelitian
Eldira Sukmawati pada tahun 2010 tentang”Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Kesembuhan Penderita Penyakit Tuberkulosis
Di Rsud Ibnu Sina Kabupaten Gresi” dapat disimpulkan
bahwa pencahayaan rumahnya bagus memiliki resiko sembuh dari tuberculosis sebesar
1,0872 kali dari pasien yang pencahayaan rumahnya tidak bagus. Pasien yang keadaan
sanitasi rumahnya sudah baik memiliki resiko sembuh dari tuberkulosis sebesar
1,0910 kali dari pasien yang keadaan sanitasi rumahnya kurang baik. Pasien yang
keadaan rumahnya bersih memiliki resiko sembuh dari tuberkulosis sebesar 1,0406
kali dari pasien yang keadaan rumahnya kotor. Kondisi rumah
dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC. Atap, dinding
dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman .Lantai dan dinding yag
sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan
sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknyakuman Mycrobacterium
tuberculosis.
6. Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian Dudeng (2005), diketahui
bahwa anak yang mempunyai status gizi tidak baik memiliki risiko 3,28 kali
lebih besar menderita tuberkulosis dibandingkan dengan anak yang mempunyai
status gizi baik. Demikian pula dengan hasil penelitian Haryani (2007), yang
menyimpulkan bahwa status gizi kurang merupakan faktor yang paling dominan
dalam kejadian tuberkulosis pada anak dengan risiko sebesar 7,02 kali
dibandingkan dengan anak yang mempunyai status gizi yang baik. Kekurangan
gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan
respon immunologik terhadap penyakit.
7. Keadaan
Sosial Ekonomi
Keadaan sosial
ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan
akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan
kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan
berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan
menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB
Paru.
8. Perilaku
Perilaku
dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita TB
Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan
berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya
berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.
6.
Cara Penularan
Sumber
penularan adalah penderita TBC BTA positif. Sumber penularan terpenting TB ini
adalah batuk dari penderita TBC yang mengandung bakteri TBC di dalam dahaknya.
Pada penderita TBC, pada waktu batuk atau bersin akan menyebarkan kuman dalam
bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan
dahak (Depkes RI,2007)
Pada
waktu batuk atau bersin, berbicara, menyanyi dan meludah pasien dapat
menebarkan kuman dalam bentuk droplet atau percikan dahak. Sekali batuk dapat
menghasilkan 3000 percikan dahak. Seseorang yang melakukan kontak erat dalam
waktu yang lama dengan penderita tuberculosis akan rentan terkena tuberculosis.
Umumnya penularan terjadi dalam ruangan
dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Percikan dahak dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan
oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat
kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut.
Faktor
yang memungkinkan seseorang terkena kuman TB
ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup
udara tersebut.
7.
Klasifikasi
Tuberkulosis
a) Tuberkulosis
Paru
Tuberculosis paru
merupakan tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.
Berdasar
hasil pemeriksaan dahak (BTA)TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+)
adalah:
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3
spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen
dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran
tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen
dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali
menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologic menunjukkan
tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali
menunjukkan BTA negatif dan biakan
b) Tuberkulosis
ekstra paru Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru, misalnya pleura, kelenjar getah bening, selaput otak,
perikard, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin dan lain-lain. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau
patologi anatomi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan
spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstra
paru aktif.M. tuberculosis positif
8.
Penanggulangan
Tuberkulosis
Upaya penanggulangan tuberculosis di Indonesia sudah
menggunakan strategi DOTS (Directly observed Treatment
Short-course) yang telah dikembangkan oleh WHO dan IUATLD telah terbukti
sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif. Strategi
ini dikembangkan dari berbagi studi, clinical trials, best practices,
dan hasil implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari dua dekade.
Penerapan strategi DOTS merubah kasus menular menjadi tidak menular,juga
mencegah berkembangnya MDR-TB
Strategi
DOTS terdiri dari 5 komponen :1. Komitmen politis, 2. Pemeriksaan dahak mikroskopis
yang terjamin mutunya, 3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua
kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung
pengobatan, 4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu, 5. Sistem pencatatan dan
pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan
kinerja program secara keseluruhan
0 komentar:
Posting Komentar