Kamis, 04 Oktober 2012

Tuberkulosis



1.      Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi yang menular dan sampai saat ini masih menjadi masalah di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. WHO memperkirakan bahwa 1/3 dari penduduk dunia tanpa diketahui terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Kebanyakan kasus TB (95%) terjadi di negara berkembang. Rata-rata angka kejadian kasus TB yang lebih dari 300 kasus per 100.000 penduduk adalah di Afrika, Indonesia, Filipina dan Bolivia. India 2 juta kasus per tahun, dan china 1,3 kasus per tahun. Di Amerika Serikat,bkasus TB secara terus menerus menurun dengan 3,8 kasus baru per 100.000 penduduk yg dilaporkan pada tahun 2009.Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.
2.      Definisi
 Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteriMycobacterium tuberculosis, bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru.Kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain, melalui sistem peredaran darah, system saluran limfe, melalui saluran nafas (broncus), atau menyebar ke bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 1997:10).
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob, yang lebih suka mereplikasikan dirinya di dalam jaringan paru-paru (khususnya di bagian apex, dimana konsentrasi oksigen lebih tinggi) daripada organ-organ di dalam.
TB adalah ditularkan secara efektif di tempat-tempat umum seperti rumah sakit, tempat penampungan tunawisma, kapal laut, pesawat dan bus sekolah
3.      Etiologi
TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron. Bakteri bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama basil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Mycobacterium tuberkulosis ini terdiri dari asam lemak (lipid) yang melakukan replikasi dengan lambat, yaitu setiap 15-20 jam. Untuk dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dari sputum diperlukan lebih dari 10.000 kuman dalam tiap millimeter sputum dalam pembesaran 1000 kali. Daya tahan tubuh yang lemah atau turun, jumlah kuman memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TB (Depkes RI, 2006). Penyebab TB yang tidak infeksius, misalnya merokok, alkohol, stres, kelelahan, makanan gorengan, tidur di lantai, dan tidur larut malam.
Mycobacterium tuberculosis mempunyai panjang 1-4 mikron dan lebar0,2-0,8 mikron. Kuman ini melayang diudara dan disebut droplet nuclei (Girsang,1999).Menurut Atmosukarto (2000), kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahunlamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol,karbol dan panas api (Atmosukarto & Soewasti, 2000)

4.      Tanda dan Gejala
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberculosis adalah asimptomatis. Tanda dan gejala klinis dari penyakit tuberculosis menurut (WHO,2003) adalah : A. Perasaan tidak enak enak (malaise). B. Batuk selama lebih dari 3 minggu (bisa disertai darah). C. Sesak napas dan rasa nyeri di dada. D. Nafsu makan dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. E. Berkeringat di malam hari padahal tidak melakukan aktivitas apapun. F.Demam meriang (demam ringan) lebih dari sebulan. G.Mudah lelah.
5.      Faktor Resiko Tuberkulosis
1. Faktor Umur.
Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun. Menurut Wahyu (2008), bayi dan anak-anak lebih rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis karena sistem imunitas yang belum sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderita tuberkulosis di sekitarnya, kurangnya kesadaran orangtua untuk segera melakukan vaksinasi BCG pada bayi baru lahir serta buruknya kualitas gizi pada sebagian bayi dan anak di Indonesia. Risiko untuk menjadi sakit paling tinggi pada usia di bawah tiga tahun dan paling rendah pada usia akhir kanak-kanak. Risiko akan meningkat lagi pada usia dewasa dan dewasa muda, usia tua dan pada penderita dengan kelainan imunitas (Kandun, 2006).
2. Faktor Jenis Kelamin.
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.
4. Kebiasaan Merokok
.         Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430 batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan (Achmadi, 2005). Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.
5.. Kondisi rumah
Dari penelitian Eldira Sukmawati pada tahun 2010 tentang”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Kesembuhan Penderita Penyakit Tuberkulosis Di Rsud Ibnu Sina Kabupaten Gresi” dapat disimpulkan bahwa pencahayaan rumahnya bagus memiliki resiko sembuh dari tuberculosis sebesar 1,0872 kali dari pasien yang pencahayaan rumahnya tidak bagus. Pasien yang keadaan sanitasi rumahnya sudah baik memiliki resiko sembuh dari tuberkulosis sebesar 1,0910 kali dari pasien yang keadaan sanitasi rumahnya kurang baik. Pasien yang keadaan rumahnya bersih memiliki resiko sembuh dari tuberkulosis sebesar 1,0406 kali dari pasien yang keadaan rumahnya kotor. Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman .Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknyakuman Mycrobacterium tuberculosis.
6. Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian Dudeng (2005), diketahui bahwa anak yang mempunyai status gizi tidak baik memiliki risiko 3,28 kali lebih besar menderita tuberkulosis dibandingkan dengan anak yang mempunyai status gizi baik. Demikian pula dengan hasil penelitian Haryani (2007), yang menyimpulkan bahwa status gizi kurang merupakan faktor yang paling dominan dalam kejadian tuberkulosis pada anak dengan risiko sebesar 7,02 kali dibandingkan dengan anak yang mempunyai status gizi yang baik. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.
7. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru.
8. Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.

6.      Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Sumber penularan terpenting TB ini adalah batuk dari penderita TBC yang mengandung bakteri TBC di dalam dahaknya. Pada penderita TBC, pada waktu batuk atau bersin akan menyebarkan kuman dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Depkes RI,2007)
Pada waktu batuk atau bersin, berbicara, menyanyi dan meludah pasien dapat menebarkan kuman dalam bentuk droplet atau percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Seseorang yang melakukan kontak erat dalam waktu yang lama dengan penderita tuberculosis akan rentan terkena tuberculosis. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan  dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Percikan dahak dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.   Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. 
Faktor yang memungkinkan seseorang terkena kuman TB  ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

7.      Klasifikasi Tuberkulosis
a)      Tuberkulosis Paru
Tuberculosis paru merupakan tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.
Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologic menunjukkan tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
b)      Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, perikard, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstra paru aktif.M. tuberculosis positif

8.      Penanggulangan Tuberkulosis
Upaya penanggulangan tuberculosis di Indonesia sudah menggunakan strategi DOTS (Directly observed Treatment Short-course) yang telah dikembangkan oleh WHO dan IUATLD telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif. Strategi ini dikembangkan dari berbagi studi, clinical trials, best practices, dan hasil implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari dua dekade. Penerapan strategi DOTS merubah kasus menular menjadi tidak menular,juga mencegah berkembangnya MDR-TB
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen :1. Komitmen politis, 2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya, 3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan, 4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu, 5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan


0 komentar:

Posting Komentar