Senin, 08 Oktober 2012

STROKE





Stroke atau Cedera Vaskuler Serebral cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah otak. Individu yang terutama veresiko mengalami CVS adalah lansia dengan hipertensi, diabetes, hipertensi, hiperkolesteromia, atau penyakit jantung. Pada stroke, hipoksia serebral yang menyebabkan cedera dane kematian sel neuron terjadi inflamasi, yang ditandai dengan pelepasan sitokin proinflamasi, produksi radikal bebas oksigen, dan pembengkakan serta edema ruang interstisial terjadi pada kerusakan sel dan menyebabkan situasi memburuk. Demikian pula, asidosis terjadi akibat hipoksia dan mencederai otak lebih lanjut melalui aktivasi saluran ionneuron yang mendeteksi asam. Dan pada akhirnya, kerusakan otak terjadi setelah CVS, biasanya memuncak 24 sampai 72 jam setelah kematian neuron.
Ada dua klasifikasi CVS,yaitu :
1.        Stroke Iskhemik
Terjadi akibat penyumbatan aliran darah arteri yang lama ke bagian otak. Penyumbatan arteri yang menyebabkan stroke iskemik dapat terjadi akibat thrombus (bekuan darah di serebri) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh).
Bila suplai darah pada salah satu bagian berkurang, terjadilah iskhemi pada otak, dan sel yang mengalami kekurngan oksigen pada daerah ini tidak dapat berfungsi dengan sempurna.
Iskhemi yang ringan biasanya disebut TIA (Transient Ischemic Attacks), menyebabkan sel-sel otak berhenti dari fungsi normalnya, biasanya untuk beberapa menit sampai 24 jam. Bila aliran darah mulai pulih kembali, sel-sel mulai pulih fungsinya dan fungsi badan pulih kembali.
Bila iskheminya lebih lama maka terjadilah stroke. Stroke iskhemik ini menyebabkan kematian sel-sel otak yang tidak dapat pulih kembali atau disebut infark otak.
Salah satu penyebab stroke iskhemik ini sama dengan penyakit jantung, yaitu karena banyaknya lemak dalam darah sehingga menyumbat pembuluh darah tersebut.

2.        Stroke Hemoragik (perdarahan)
Terjadinya stroke karena adanya perdarahan yang terjadi bila pembuluh arteri yang berada dalam otak pecah, sehingga darah masuk ke dalam otak atau ke dalam ruangan antara otak dan tulang kepala. disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah akibat adanya emboli, ateroskelosis, atau oklusi trombotik pada pembuluh darah otak.Beberapa penyakit stroke hemoragik antara lain karena dinding arteri yang lemah, atau tekanan darah tinggi atau arterosiderosis. Penderita stroke hemoragik yang masih hidup biasanya menimbulkan kelainan neurologis.

v    Gambaran klinis
ü  Pada CVS, area otak yang mengalami iskemian menentukan gejala klinis yang terjadi. Aktivitas mental, emosi, bicara, penglihatan atau gerakan dapat terpengaruh. Banyak perubahan yang terjadi berisifat orreversible dan reversible
ü  Stroke hemoragik sering disertai oleh sakit kepala yang hebat dan penurunan kesadaran

v    Faktor  resiko stroke
Gangguan aliran darah pada stroke bukan disebabkan karena adanya virus.Pada saat stroke terjadi biasanya telah ada penyakit lain yang mendahului stroke tadi. Stroke tidak berdiri sendiri. Penyakit yang paling sering dijumpai yaitu :
a.    Penyakit kardiovaskuler (penyakit jantung, hipertensi: ada hubungan langsung antara tingginya tekanan darah dengan resiko terjadinya stroke)
b.    Penyakit/gangguan otak lainnya (penyakit degenerative)
c.    Arthritis (radang sendi)
d.    Penyakit pembuluh darah tepi
e.    Penyakit paru-paru menahun
f.    Kanker
g.    Diabetes mellitus
h.    Trauma/cidera kepala
i.     TIA (transient ischemic attack): 60% kasus stroke iskemi didahului dengan TIA ,makin sering terjadi, makin besar resiko terjadinya stroke

Beberapa faktor resiko stroke bersifat genetic dan sulit atau tidak mungkin diubah (misalnya umur : insidensi stroke sebanding dengan meningkatnya usia, siatas 55 tahun insidensinya meningkat 2 kali lipat),(jenis kelamin : insidensi pria 19%lebih tinggi daripada wanita ),Faktor resiko lainya dipengaruhi oleh lingkungan dan mungkin untuk dicegah (misalnya infeksi). Faktor resiko tertentu dipengaruhi oleh gaya hidup (misalnya merokok), dan ada juga faktor resiko yang merupakan kombinasi antara lingkungan dan familial (misalnya hipertensi)

v    Tanda dan Gejala Stroke
       Gejala yang muncul bervariasi tergantung di mana terjadi serangan           stroke iskemia, misalnya:
·                     unilateral weaknesses : biasanya hemiparesis (lumpuh separuh)
·                     unilateral sensory complaints : numbness, paresthesia (mati rasa)
·                     Aphasia : language comprehension
·                     Monocular visual loss : gangguan penglihatan sebelah

v    Komplikasi
  •    Individu yang mengalami CVS mayor pada bagian otak yang mengontrol pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal. Desktruktif area ekspresif atau reseptif pada otak akibat hipoksia dapat menyebabkan kesulitan komunikasi. Hipoksia pada area motorik otak dapat menyebabkan paresis. Perubahan emosional dapat terjadi pada kerusakan korteks, yang mencakup system limbic.
  • Hematoma intraserebral dapat disebabkan oleh pecahnya aneurismaatau stroke hemoragik, yang menyebabkan cedera otak sekunder ketika tekanan intracranial meningkat.

v    Penatalaksanaan
  •  Pada pasien yang CVS-nya dapat diidentifikasi bersifat iskemik, agens trombolistik, seperti activator plasminogen jaringan (tissue plasminogen activator, TPA), dapat diberikan. TPA harus diberikan sedini mungkin(minimal dalam 3 jam pertama serangan) agar lebih efektif dalam mencegah kerusakan jangka panjang.
  •   Stroke hemoragik dapat diatasi dengan penekanan pada penghentian perdarahan dan pencegahan kekambuhan. Mungkin diperlukan pembedahan
  •  Terapi obat yang menghambat saluran ion yang mendeteksi aasam dikembangkan untuk membatasi kerusakan akibat stroke.
  • Semua pasie stroke diterapi dengan tirah baring dan penurunan stimulus eksternal untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebral. Tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intracranial dapat dilakukan.
  • Terapi fisik, bicara, dan okupasional sering kali diperlukan. Kerusakan pasca stroke bagi yang bertahan hidup ini meminta perhatian besar baik bagi penderita, keluarga dan masyarakat sekitarnya, karena menghambat kemampuan fungsional mulai dari aktivitas untuk bergerak, mengurus diri, kegiatan sehari-hari, dan berkomunikasi dengan orang-orang sekitar dengan normal.





Me and NURSING INFORMATICS



        Apa itu Nursing Informatics?Nursing Informatics  adalah salah satu pilihan kelas yang ada di elective class di kampusku , ini termasuk kelas pilihan baru , karena dari dulu elective class hanya ada dua pilihan , yaitu : Bahasa Inggris dan Bahasa Jepang. Aku  kurang bermint dengan dua pilihan kelas bahasa tersebut, dan aku memutuskan untuk memilh kelas Nursing Informatics, karena aku suka hal-hal  yang berbau teknologi dan informasi. Aku juga penasaran dan ingin meambah  lebih banyak tentang teknologi  informasi yang  ada di dunia keperawatan. Ilmu teknologi  yang suatu saat pasti aku butuhkan.
        Dan ternyata benar, aku tidak salah mengambil keputusan memilih kelas Nursing Informatics ini. Banyak sekali hal  hal baru tentang aplikasi yang belum pernah ku dapatkan dalam perkuliahan umum selama ini. Banyak pengetahuan  yang aku dpatkan tentang manfaat tekhnologi dalam dunia keperawatan yang membantu dan mempermudah kita dalam melakukan tugas sebagai perawat. Banyak sekali hal- hal yang aku dapatkan disini. Cara blogging manual yang praktis dan mudah, aplikasi keperawatan yang luar biasa dan ternyata belum banyak yang menggunakan aplikasi terebut, kelas yang menyenangkan, dosen yang luar biasa dan hebat , teman yang luccu, semua aku dapatkan di kelas ini.
          Bahkan kami diberi perkuliahan yang materinya itu hanya diberikan kepada kami,  dan kami juga diberi keempatan untuk melihat langsung aplikasi keperawatan yang sudah lama diteerapkan di RSUD Banyums, aplikasi   yang bernama SIM ini sangat memudahkan perawat  dalam mendokumentasikan rekam medis pasien. Memang benar, ternyata nursing informatics sangat dibutuhkan dalam dunia keperawatan. Seiring dengan kemajuan jaman, teknologi akan terus berkembang, dan kit membutuhkan pengetahuan yang lebih untuk menggunakan dan mengimbangi kemajuan tekhnologi tersebut.
        Walaupun kelas nursing inormatics baru pertama kali diadakan, tapi menurutku kelas ini sukses  dan tidak mengecewakan dan sangat memberikan banyak pelajaran yang kita butuhkan. Dosennya pu menyenangkan ketika memberikan materi tidak membosankan. I’m proud and I love Nursing Informatics Class. Keep in touch guys :)

Bunuh Diri


Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri yang memiliki 2 kategori, yaitu bunuh diri langsung (disadari) dan bunuh diri tidak langsung (Keinginan tersembunyi yang tidak disadari). Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri
(Edwin Shneidman,1981)
--> Faktor resiko bunuh diri :
1.       usia,
2.       jenis kelamin
3.        status perkawinan
4.        pekerjaan, penyakit,
5.       gangguan mental,
6.       pemakaian obat dan alkohol
7.       status ekonomi dan tempat tinggal
  Penyebab Bunuh Diri pada Remaja
·                     Kegagalan untuk beradaptasi terhadap stress
·                     Perasaan terisolasi (gagal menjalin hub. Interpersonal)
·                     Perasaan marah atau bermusuhan.
·                     Pelarian dari penganiyayaan fisik atau pemerkosaan, Masalah seksual
·                     Perasaan tidak dimengerti oleh orang lain
·                     Kehilangan orang yang dicintai
·                     Keadaan fisik
·                     Masalah dengan orang tua
·                     Depresi

        Asuhan Keperawatan
Diagnosa 1: Resiko Bunuh Diri
1.    NOC:
a.       Abuse recovery: emotional
Definisi: memperluas penyembuhan masalah psikologis yang disebabkan kekerasan.
Indikator: Harga diri, Kontrol impulsiv, Depresi
b.      Abuse recovery: physical
Definisi: memperluas penyembuhan masalah fisik yang disebabkan kekerasan.
Indikator: Pengobatan luka secara berkala, Penyemmbuhan luka fisik, Memelihara kebutuhan nutrisi
c.       Risk control
Definisi: tindakan personal untuk mencegah, menghilangkan, atau mengurangi ancaman kesehatan yang dapat diubah
Indikator:  Pengetahuan tentang faktor risiko, Monitor lingkungan & faktor risiko , Mengembangkan strategi kontrol  risiko yang efektif , Menggunakan personal support sistem untuk mengurangi risiko
2.    NIC:
a.       Suicide Prevention
Definisi: menurunkan risiko mencederai diri yang bertujuan untuk mengakhiri hidup.
Aktivitas :
·         Menjelaskan munculnya dan derajat risiko bunuh diri
·         Menangani dan memananjemen gejala psikis yang mungkin muncul pada pasien yang berisiko bunuh diri (gangguan mood, substance abuse, krisis)
·         Melibatkan pasien dalam pengobatannya yang sesuai.
·         Kontrak dengan pasien untuk tidak mencederai dirinya dalam periode waktu tertentu (secara verbal dan tertulis)
·         Tidak menghakimi pasien saat mendiskusikan tentang bunuh diri.
b.      Abuse protection support
Definisi: identifikasi risiko tinggi hubungan dependent dan tindakan untuk mencegah penderitaan lebih lanjut pada kerusakan fisik atau emosional.
·         Aktivitas :
·         Identifikasi riwayat masa kecil yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kekerasan, penolakan, kritikan yang berlebihan, atau perasaan tidak berharga, dan anak yang tidak dicintai.

   Diagnosa 2: Ketidakefektifan Koping Individu
1.             NOC
a.       Koping Indikator:
                                                  Mengidentifikasi pola koping yang efektif
                                Mengidentifikasi pola koping yang tidak efektif
                                Mengungkapkan adanya kontrol
                                                  Melaporkan penurunan stres
                                                  Menggunakan dukungan sistem personal
                                                  Menggunakan perilaku untuk mengurangi stres
                                Mengidentifikasi strategi koping
                                Menggunakan strategi koping yang efektif
                                                 Melaporkan penurunan perasaan negatif
                                                  Laporkan peningkatan kenyamanan psikologis.
                                Ungkapkan kebutuhan akan bantuan.
b.      Ketahanan personal , Indikator:
                                                 Mengekspresikan emosi
                                Menunjukkan mood yang positif
                                Menunjukkan harga diri yang positif
                                Mengungkapkan adanya peningkatan kontrol
                                                  Mencari dukungan emosional
                                                 Mencari alternatif untuk menyelesaikan masalah
                                                   Menggunakan strategi untuk mempromosikan keamanan
                                                Menggunakan strategi untuk menghindari situasi kekerasan
                                   2. NIC
                                         1. Peningkatan Koping
                               Definisi: membantu pasien agar dapat beradaptasi menerima stresor, perubahan atau   ancaman yang mengganggu peran dan kebutuhan hidup
       2. Peningkatan Sosialisasi
       Definisi: memfasilitasi kemampuan pasien untuk berinteraksi dengan orang lain
       3. Peningkatan Harga Diri
       Definisi: membantu pasien untuk meningkatkan penilaian personal tentang konsep diri
       4. Promosi ketahanan
       Definisi: membantu individu, keluarga, atau komunitas dalam mengembangkan, menggunakan, dan menguatkan faktor pelindung yang dapat digunakan sebagai koping dalam menghadapi stressor lingkungan dan sosial
       5. Manajemen Mood
Definisi: menyediakan keamanan, stabilisasi, pemulihan dan pemeliharaan pasien yang mengalami depresi atau peningkatan mood disfungsional
Diagnosa 3: Gangguan integritas kulit
1.       NOC:
Penyembuhan luka: intensi sekunder
Definisi: memperluas regenerasi sel dan jaringan pada luka terbuka
Indikator: Penurunan ukuran luka
2.       NIC:
a       Wound care
Definisi: pencegahan komplikasi luka dan meningkatkan penyembuhan luka.
Aktivitas:
ü  Membersihkan luka dengan normal salin atau pembersih non- tixic dengan tepat
ü  Secara berkala membandingkan dan mencatat perubahan luka


Kamis, 04 Oktober 2012

Tuberkulosis



1.      Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit infeksi yang menular dan sampai saat ini masih menjadi masalah di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang. WHO memperkirakan bahwa 1/3 dari penduduk dunia tanpa diketahui terinfeksi Mycobacterium Tuberculosis. Kebanyakan kasus TB (95%) terjadi di negara berkembang. Rata-rata angka kejadian kasus TB yang lebih dari 300 kasus per 100.000 penduduk adalah di Afrika, Indonesia, Filipina dan Bolivia. India 2 juta kasus per tahun, dan china 1,3 kasus per tahun. Di Amerika Serikat,bkasus TB secara terus menerus menurun dengan 3,8 kasus baru per 100.000 penduduk yg dilaporkan pada tahun 2009.Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000 (WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.
2.      Definisi
 Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteriMycobacterium tuberculosis, bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara pernafasan ke dalam paru.Kemudian bakteri tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lain, melalui sistem peredaran darah, system saluran limfe, melalui saluran nafas (broncus), atau menyebar ke bagian tubuh lainnya (Depkes RI, 1997:10).
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri aerob, yang lebih suka mereplikasikan dirinya di dalam jaringan paru-paru (khususnya di bagian apex, dimana konsentrasi oksigen lebih tinggi) daripada organ-organ di dalam.
TB adalah ditularkan secara efektif di tempat-tempat umum seperti rumah sakit, tempat penampungan tunawisma, kapal laut, pesawat dan bus sekolah
3.      Etiologi
TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Bakteri ini berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 mikron dan tebal 0,3-0,6 mikron. Bakteri bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama basil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP). Mycobacterium tuberkulosis ini terdiri dari asam lemak (lipid) yang melakukan replikasi dengan lambat, yaitu setiap 15-20 jam. Untuk dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dari sputum diperlukan lebih dari 10.000 kuman dalam tiap millimeter sputum dalam pembesaran 1000 kali. Daya tahan tubuh yang lemah atau turun, jumlah kuman memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TB (Depkes RI, 2006). Penyebab TB yang tidak infeksius, misalnya merokok, alkohol, stres, kelelahan, makanan gorengan, tidur di lantai, dan tidur larut malam.
Mycobacterium tuberculosis mempunyai panjang 1-4 mikron dan lebar0,2-0,8 mikron. Kuman ini melayang diudara dan disebut droplet nuclei (Girsang,1999).Menurut Atmosukarto (2000), kuman tuberkulosis dapat bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab, gelap tanpa sinar matahari sampai bertahun-tahunlamanya. Tetapi kuman tuberkulosis akan mati bila terkena sinar matahari, sabun, lisol,karbol dan panas api (Atmosukarto & Soewasti, 2000)

4.      Tanda dan Gejala
Pada banyak individu yang terinfeksi tuberculosis adalah asimptomatis. Tanda dan gejala klinis dari penyakit tuberculosis menurut (WHO,2003) adalah : A. Perasaan tidak enak enak (malaise). B. Batuk selama lebih dari 3 minggu (bisa disertai darah). C. Sesak napas dan rasa nyeri di dada. D. Nafsu makan dan berat badan menurun tanpa sebab yang jelas. E. Berkeringat di malam hari padahal tidak melakukan aktivitas apapun. F.Demam meriang (demam ringan) lebih dari sebulan. G.Mudah lelah.
5.      Faktor Resiko Tuberkulosis
1. Faktor Umur.
Beberapa faktor resiko penularan penyakit tuberkulosis di Amerika yaitu umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta infeksi AIDS. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York pada Panti penampungan orang-orang gelandangan menunjukkan bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat secara bermakna sesuai dengan umur. Insiden tertinggi tuberkulosis paru biasanya mengenai usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TB Paru adalah kelompok usia produktif yaitu 15-50 tahun. Menurut Wahyu (2008), bayi dan anak-anak lebih rentan terinfeksi Mycobacterium tuberculosis karena sistem imunitas yang belum sempurna, kontak erat dengan orang dewasa penderita tuberkulosis di sekitarnya, kurangnya kesadaran orangtua untuk segera melakukan vaksinasi BCG pada bayi baru lahir serta buruknya kualitas gizi pada sebagian bayi dan anak di Indonesia. Risiko untuk menjadi sakit paling tinggi pada usia di bawah tiga tahun dan paling rendah pada usia akhir kanak-kanak. Risiko akan meningkat lagi pada usia dewasa dan dewasa muda, usia tua dan pada penderita dengan kelainan imunitas (Kandun, 2006).
2. Faktor Jenis Kelamin.
Di benua Afrika banyak tuberkulosis terutama menyerang laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TB Paru laki-laki hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TB Paru pada wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9 % pada wanita. Antara tahun 1985-1987 penderita TB paru laki-laki cenderung meningkat sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TB Paru pada wanita menurun 0,7%. TB paru Iebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TB paru.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap pengetahuan seseorang diantaranya mengenai rumah yang memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TB Paru, sehingga dengan pengetahuan yang cukup maka seseorang akan mencoba untuk mempunyai perilaku hidup bersin dan sehat. Selain itu tingkat pedidikan seseorang akan mempengaruhi terhadap jenis pekerjaannya.
4. Kebiasaan Merokok
.         Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru sebanyak 2,2 kali. Pada tahun 1973 konsumsi rokok di Indonesia per orang per tahun adalah 230 batang, relatif lebih rendah dengan 430 batang/orang/tahun di Sierra Leon, 480 batang/orang/tahun di Ghana dan 760 batang/orang/tahun di Pakistan (Achmadi, 2005). Prevalensi merokok pada hampir semua Negara berkembang lebih dari 50% terjadi pada laki-laki dewasa, sedangkan wanita perokok kurang dari 5%. Dengan adanya kebiasaan merokok akan mempermudah untuk terjadinya infeksi TB Paru.
5.. Kondisi rumah
Dari penelitian Eldira Sukmawati pada tahun 2010 tentang”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Laju Kesembuhan Penderita Penyakit Tuberkulosis Di Rsud Ibnu Sina Kabupaten Gresi” dapat disimpulkan bahwa pencahayaan rumahnya bagus memiliki resiko sembuh dari tuberculosis sebesar 1,0872 kali dari pasien yang pencahayaan rumahnya tidak bagus. Pasien yang keadaan sanitasi rumahnya sudah baik memiliki resiko sembuh dari tuberkulosis sebesar 1,0910 kali dari pasien yang keadaan sanitasi rumahnya kurang baik. Pasien yang keadaan rumahnya bersih memiliki resiko sembuh dari tuberkulosis sebesar 1,0406 kali dari pasien yang keadaan rumahnya kotor. Kondisi rumah dapat menjadi salah satu faktor resiko penularan penyakit TBC. Atap, dinding dan lantai dapat menjadi tempat perkembang biakan kuman .Lantai dan dinding yag sulit dibersihkan akan menyebabkan penumpukan debu, sehingga akan dijadikan sebagai media yang baik bagi berkembangbiaknyakuman Mycrobacterium tuberculosis.
6. Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian Dudeng (2005), diketahui bahwa anak yang mempunyai status gizi tidak baik memiliki risiko 3,28 kali lebih besar menderita tuberkulosis dibandingkan dengan anak yang mempunyai status gizi baik. Demikian pula dengan hasil penelitian Haryani (2007), yang menyimpulkan bahwa status gizi kurang merupakan faktor yang paling dominan dalam kejadian tuberkulosis pada anak dengan risiko sebesar 7,02 kali dibandingkan dengan anak yang mempunyai status gizi yang baik. Kekurangan gizi pada seseorang akan berpengaruh terhadap kekuatan daya tahan tubuh dan respon immunologik terhadap penyakit.
7. Keadaan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi berkaitan erat dengan pendidikan, keadaan sanitasi lingkungan, gizi dan akses terhadap pelayanan kesehatan. Penurunan pendapatan dapat menyebabkan kurangnya kemampuan daya beli dalam memenuhi konsumsi makanan sehingga akan berpengaruh terhadap status gizi. Apabila status gizi buruk maka akan menyebabkan kekebalan tubuh yang menurun sehingga memudahkan terkena infeksi TB Paru.
8. Perilaku
Perilaku dapat terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan penderita TB Paru yang kurang tentang cara penularan, bahaya dan cara pengobatan akan berpengaruh terhadap sikap dan prilaku sebagai orang sakit dan akhinya berakibat menjadi sumber penular bagi orang disekelilingnya.

6.      Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Sumber penularan terpenting TB ini adalah batuk dari penderita TBC yang mengandung bakteri TBC di dalam dahaknya. Pada penderita TBC, pada waktu batuk atau bersin akan menyebarkan kuman dalam bentuk percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak (Depkes RI,2007)
Pada waktu batuk atau bersin, berbicara, menyanyi dan meludah pasien dapat menebarkan kuman dalam bentuk droplet atau percikan dahak. Sekali batuk dapat menghasilkan 3000 percikan dahak. Seseorang yang melakukan kontak erat dalam waktu yang lama dengan penderita tuberculosis akan rentan terkena tuberculosis. Umumnya penularan terjadi dalam ruangan  dimana percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Percikan dahak dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.   Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut. 
Faktor yang memungkinkan seseorang terkena kuman TB  ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

7.      Klasifikasi Tuberkulosis
a)      Tuberkulosis Paru
Tuberculosis paru merupakan tuberculosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura.
Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
- Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan kelainan radiologic menunjukkan tuberkulosis aktif
- Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
b)      Tuberkulosis ekstra paru Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, kelenjar getah bening, selaput otak, perikard, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin dan lain-lain. Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi. Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstra paru aktif.M. tuberculosis positif

8.      Penanggulangan Tuberkulosis
Upaya penanggulangan tuberculosis di Indonesia sudah menggunakan strategi DOTS (Directly observed Treatment Short-course) yang telah dikembangkan oleh WHO dan IUATLD telah terbukti sebagai strategi penanggulangan yang secara ekonomis paling efektif. Strategi ini dikembangkan dari berbagi studi, clinical trials, best practices, dan hasil implementasi program penanggulangan TB selama lebih dari dua dekade. Penerapan strategi DOTS merubah kasus menular menjadi tidak menular,juga mencegah berkembangnya MDR-TB
Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen :1. Komitmen politis, 2. Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya, 3. Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan, 4. Jaminan ketersediaan OAT yang bermutu, 5. Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan